Dikutip dari http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/12/08/169173/Pecinta-Buku-Berharap-Lebih-Banyak-Pameran dan http://remaja.suaramerdeka.com/2012/11/29/kata-mereka-alay-dan-bahasanya-ganggu-nggak/
08 Desember 2011
Pecinta Buku Berharap Lebih Banyak Pameran
0
0
0
SEMARANG- Pesta Sejuta Buku di Gedung Wanita, Jalan Sriwijaya, kemarin ditutup. Pameran yang digelar selama sepekan itu, dalam rangka Semarang Great Sale sekaligus menyosialisasikan program Gerakan Gemar Membaca.
Masyarakat terutama pecinta buku berharap pameran serupa akan sering digelar di Kota Semarang. ”Kalau bisa pameran seperti ini diperbanyak dan digelar jangan hanya seminggu. Kami sangat senang karena harga buku di pameran lebih murah,” ujar Anita Misriyah, mahasiswa IKIP PGRI, Rabu (7/12).
Dibandingkan kota lain, masyarakat Semarang diakui gemar membaca. Itu dapat diketahui dari setiap pameran buku yang selalu dibanjiri pengunjung. Di hari penutupan kemarin, jumlah pengunjung meningkat dibandingkan sebelumnya. ”Kemarin-kemarin sibuk kuliah, karena itu di hari terakhir ini memang saya menyempatkan ke sini. Sayang kalau tidak datang,” tandas Anita.
Arifiani, pengunjung lainnya menuturkan, bagi penggemar buku, pameran merupakan sarana refreshing yang murah. ”Pameran seperti ini buat saya bukan hanya sekedar mencari buku yang disenangi, namun sebagai sarana hiburan. Melalui buku banyak hal yang dapat kita pelajari, yang kadang tidak diajarkan misalnya dalam bangku kuliah,” ungkapnya.
Tutuk Rahwanto dari Pustaka Pelajar, salah satu peserta pameran bersyukur, setiap hari pengunjung selalu meningkat. Selama pameran, setidaknya pihaknya mampu menjual 1.200 ekslempar buku, mulai dari yang termurah Rp5.000-Rp20.000, hingga paling mahal seharga Rp 245.000.
Lain halnya dengan pengakuan Nur Setyaningsih dari Nur Agency. Meski tetap ramai, penjualan tahun ini hanya sekitar separuh dibandingkan omzet tahun lalu. Dia menduga hal ini disebabkan hujan yang kerap mengguyur, sehingga banyak warga yang malas keluar, serta bertepatan dengan ujian SD yang dimulai awal pekan ini.
Penutupan pameran kemarin secara resmi dilakukan Masdiana Safitri, Asisten Administrasi Kota Semarang, yang mewakili Wali Kota Soemarmo.
Membacakan sambutan tertulis Wali Kota, dia mengatakan, buku adalah jendela dunia, meski dewasa ini berkembang beragam jenis media. Namun dari beragam media yang berkembang itu, tidak pernah ada suatu media yang benar-benar sempurna sebagai sarana tamasya pengetahuan. (J21-39)
(/)KATA MEREKA: ALAY DAN BAHASANYA GANGGU NGGAK?
oleh Femna pada Kamis, November 29th, 2012 dilihat 290 kali
Dunia anak muda memang identik dengan pencarian jati diri. Di jaman yang serba nge-trend seperti sekarang ini, anak muda yang belum gaul bisa sulit diterima oleh lingkungan sekitar lho. Sayangnya, banyak remaja yang terjebak dalam pergaulan hiperbol atau Alay demi dianggap gaul. Seperti penggunaan bahasa yang dibuat-buat, cara berpakaian yang berlebihan, dan tingkah laku mereka yang juga terkesan aneh. Wah, gawat juga ya!
So, menurut kamu apa sih arti alay sebenarnya? Apakah bahasa alay juga bisa menganggu bahasa Indonsia??
Berikut ini, ada beberapa sahabat kita yang akan berbagi pendapatnya tentang alay.
- “Menurutku alay itu hanya kata-kata yang dibuat agar terdengar unik dan aneh tapi bisa jadi kata-kata ini terdengar gaul. Makanya banyak orang meniru padahal dalam EYD nggak ada. Tapi selama masih dalam batas kewajaran sih nggak apa-apa. Tapi lama-lama mengganggu juga sih, jangan-jangan lima tahun ke depan EYD sudah nggak ada, dan anak-anak kita jadi nggak bisa membedakan mana bahasa yang benar dan yang enggak.”
- ”Alay itu ya sesuatu yang nggak semestinya, entah itu bahasa, gaya atau apapun. Terkadang bisa hiperbol juga. Kalo terbiasa pakai bahasa alay, lama-lama kita jadi lupa sama EYD, hahaha. Jadi mending gunakan bahasa sesuai situasi kondisi lingkungan.”
- “Nggak menganggu sih, selama digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi (dengan siapa berbicara dan di mana kita berbicara). Bahasa alay itu variasi bahasa lho, kita juga nggak bisa mengelak adanya perkembangan bahasa tersebut. Yang penting jangan terlalu sering menggunakan bahasa alay ya, bisa-bisa bahasa Indonesia terlupakan, hehehe… Kita harus bangga berbahasa Indonesia, dan biasakan memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar ya!”
- “Menurutku alay itu sebuah gaya hidup. Sebagian orang ada yang cocok dan sebagian lagi nggak. Bahasa alay itu sangat mengganggu bahasa Indonesia lho. Serem juga kalau di kamus besar bahasa Indonesia kata “serius” jadi “ciyus”. Hahahahaha…”
- ”Alay itu berasal dari kata “Anak Layangan”, yang berarti kampungan. Kalau dalam pergaulan itu buat menyebut orang yang tingkah lakunya norak. Bahasa alay menurutku termasuk ke bahasa slang atau bahasa singkatan, nah penggunaan bahasa slang yang berlebihan dan tidak tahu tempat ini yang akhirnya menjadikan perilaku norak dan disebut alay. Mengganggu apa nggak sih pasti mengganggu, karena beberapa kata jadi rancu pemahamanya untuk banyak orang. Jadi gunakan bahasa alay pada waktu yang tepat dan tidak berlebihan.”
Tags: Anak alay, anak layangan, aneh, bahasa indonesia, berlebihan, ciyus, enelan,EYD, Indonesia, mengganggu, miapa, pergaulan, trend
woh ternyata ini sejenis kliping ya mbak?
BalasHapusSelamat mbak, udah sampe ke media masa tulisannya, semangat buat menulis
BalasHapus