Peringatan Hari Ibu
Menjelang
Peringatan Hari Ibu yang jatuh pada tanggal 22 Desember 2011, masih banyak
disekitar kita potret anak durhaka. Seperti Malin Kundang. Itulah sebutan yang
pas untuk seorang anak yang durhaka terhadap orangtua. Bentuk keduharkaan sang
anak terhadap orang tua diantaranya suka membentak-bentak orang tua, tidak
patuh terhadap orangtua, ketika disekolahkan malah cabut, bahkan ada yang kabur
dari rumah. Hingga membuat orangtua resah. Tidak lagi mempedulikan kekhawatiran
orangtuanya. Tidak berpikirkah mereka bagaimana perasaan kedua orangtuanya,
terutama sang Ibu. Seorang ibu yang telah melahirkannya dan berjuang keras
membesarkannya. Begitu besar jerih payah orangtua kita untuk kita. Mari kita
berpikir sejenak.
Sebagai
contoh masih teringat dibenak kita bahwa Arumi Bachsin pernah menghilang
beberapa waktu lalu. Hal ini sangat meresahkan orangtuanya. Terutama sang ibu. “Ibu mana yang tidak kebingungan ketika
anak yang ia lahirkan tidak ada di sisinya, menghilang entah ke mana. Ayah
siapa yang tidak kalang kabut melihat anak darah dagingnya keluar rumah dan
kemudian tak ketahuan kemana juntrungannya.” Tegas Ibunda Arumi. Setelah 6 bulan
menghilang, kabur dari rumah. Tapi Alhamdulilah Arumi telah pulang dan berkumpul kembali bersama
keluarganya. Berita pulangnya Arumi tentu saja sangat
membahagiakan semua pihak terutama keluarganya.
Arumi telah pulang dan
berkumpul kembali bersama keluarganya. Semoga peristiwa seperti
ini lebih mendewasakan kita semua dalam hubungan anak terhadap orang tua dan hubungan
orang tua terhadap anaknya. Dan tentu saja semoga tidak akan terjadi lagi Arumi
Arumi lain yang tiba-tiba menghilang dan membingungkan banyak orang.
Sebagai anak, mestinya
harus berbakti dan taat pada orang tua. Sebagai orang tua, wajib memberikan
kasih sayang kepada anaknya tanpa pandang bulu. Selamat datang Arumi. Semoga terus
langgeng bersama keluargamu. Dari kisah Arumi, dapat kita petik sebuah hikmah
bahwa apapun masalah kita didalam keluarga, jangan sampai kabur dari rumah.
Karena hal itu tidak akan menyelesaikan masalah, justru malah menambah masalah.
Jangan menjadi anak durhaka. Apalagi dalam bulan Desember ini, akan kita
peringati hari Ibu.
Sejarah
Hari Ibu diawali dari bertemunya para pejuang wanita dengan mengadakan Konggres
Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta, di gedung yang
kemudian dikenal sebagai Mandalabhakti Wanitatama di Jalan Adisucipto. Dihadiri
sekitar 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera. Hasil dari
kongres tersebut salah satunya adalah membentuk Kongres Perempuan yang kini
dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Organisasi perempuan sendiri
sudah ada sejak 1912, diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19
seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda
Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain.
Peristiwa
itu dianggap sebagai salah satu tonggak penting sejarah perjuangan kaum
perempuan Indonesia. Pemimpin organisasi perempuan dari berbagai wilayah
se-Nusantara berkumpul menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju
kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum perempuan. Berbagai isu yang saat itu
dipikirkan untuk digarap adalah persatuan perempuan Nusantara; pelibatan
perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan; pelibatan perempuan dalam
berbagai aspek pembangunan bangsa; perdagangan anak-anak dan kaum perempuan;
perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita; pernikahan usia dini bagi
perempuan, dan sebagainya. Tanpa diwarnai gembar-gembor kesetaraan jender, para
pejuang perempuan itu melakukan pemikiran kritis dan aneka upaya yang amat
penting bagi kemajuan bangsa.
Kini, Hari Ibu di
Indonesia diperingati untuk mengungkapkan rasa sayang dan terima kasih kepada
para ibu, merupakan momen memuji ke-ibu-an para ibu, Mengajarkan kita untuk
berbakti kepada orangtua. Berbagai kegiatan pada peringatan itu merupakan kado
istimewa, misal penyuntingan bunga, pesta kejutan bagi para ibu, aneka lomba
masak dan berkebaya, atau membebaskan para ibu dari beban kegiatan domestik
sehari-hari. Selamat hari Ibu. Terima kasih telah membesarkanku, mendidikku,
menyayangiku dan membimbingku. Namun belum ada yang bisa aku berikan untukmu.
Maafkan aku Bu. Semoga di hari Ibu kali ini, menjadi titik awal bagiku untuk
membahagiakanmu. Untuk selalu melukis senyum diwajahmu. I LOVE YOU …….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar