Bangga saat Diundang Khusus Menpora Roy Suryo
Nuh Hakim, Pecatur Yunior Semarang Peringkat 16 Dunia
Di usianya yang masih belia, Nuh Hakim mampu menorehkan banyak prestasi di cabang olahraga catur. Bahkan, saat ini Hakim menempati peringkat 16 dunia pecatur yunior.
AHMAD FAISHOL, Purwodinatan
NUH Hakim tinggal di perumahan padat penduduk di kawasan Petolongan, Purwodinatan, Semarang Tengah. Jalan menuju rumahnya melewati gang sempit. Hakim tinggal bersama orang tuanya di rumah sederhana bercat biru. Namun siapa sangka, siswa SMP 32 Semarang ini ternyata pecatur yang sudah berkali-kali meraih juara di tingkat kota, provinsi, nasional hingga internasional.
Saat Radar Semarang mendatangi rumahnya kemarin (15/5), tampak puluhan medali, piala, dan piagam penghargaan tersimpan di salah satu almari. Saking banyaknya hingga tak terhitung jumlahnya. Semua prestasi itu diraih Hakim sejak TK hingga sekarang.
Ditemani sang ibu, Amalia Sanofa, Hakim menceritakan, awal menyukai permainan catur sejak dirinya masih berusia 2 tahun. Waktu itu, ia selalu mengacak-acak papan catur milik ayahnya, Nursiyo, yang juga pemain catur nasional.
”Awalnya saya dibiarkan begitu saja. Hingga pada usia 3 tahun, saya mulai diajari bermain catur dengan benar,” cerita remaja kelahiran Semarang, 22 Juli 1998 ini.
Bahkan, saat duduk di bangku TK, Hakim sudah diikutkan kejuaraan catur. Uniknya, yang ia ikuti adalah kejuaraan catur tingkat SD di Gunungpati. Meski begitu, ia tidak merasa minder dan bahkan mampu meraih peringkat 7 dari 10 besar. ”Itu adalah kejuaraan pertama yang diikuti Hakim. Saya masih ingat, saat itu dia mendapat hadiah Rp 25 ribu. Waktu menerimanya sampai menggunakan kursi yang ditumpuk-tumpuk,” kenang sang ibu, Amalia, sambil tersenyum.
Sejak itu, Hakim terus berlatih dan mengikuti berbagai kejuaraan lainnya. Ia dilatih sendiri oleh sang ayah. Berbagai kejuaraan dimenangkan, mulai tingkat Kota Semarang, Jawa Tengah, hingga nasional.
”Waktu kelas 4 SD saya sudah menempati peringkat tiga nasional dalam Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) tingkat SD. Satu tahun kemudian saya berhasil meraih peringkat 2 nasional dalam ajang yang sama,” beber alumni SD Islam NU Pungkuran ini.
Saat duduk kelas 6 SD, Hakim sempat berhenti mengikuti berbagai kejuaraan. Dia fokus belajar menghadapi ujian nasional. Namun setelah duduk di bangku SMP, ia kembali mengikuti lomba catur. Saat itu, ia berhasil meraih peringkat I dalam O2SN tingkat SMP yang digelar di Palembang. Hakim berhasil mengalahkan Surya Setiawan dari DKI Jakarta dan Yoseph T. Taher dari Jabar yang selalu langganan juara.
”Waktu itu, saya juga mencetak rekor 7 babak 7 poin yang merupakan capaian tertinggi, karena bisa menyapu bersih semua pertandingan,” kata adik dari Anita Misriyah dan Aini Musfiroh ini bangga.
Hakim sempat mendapat juara O2SN berturut-turut sebanyak tiga kali dan mencetak rekor 7 babak 7 poin. Karena itu, Hakim berkesempatan mengikuti kejuaraan internasional World School Chess Championship 2013 yang digelar di Yunani pada 6-14 Mei 2013. Dari 37 peserta yang mengikuti event tersebut, Hakim berhasil meraih peringkat 16 dunia.
”Salah satu kendala dari orang Indonesia adalah masalah fisik. Jika saja pada babak ke 8-9 saya bisa menang, dipastikan saya akan menjadi juara dunia,” akunya.
Selain menjadi juara O2SN, Hakim menduduki peringkat 6 dalam kejuaraan internasional Japfa Chess Festival 2013 yang diselenggarakan di Jakarta pada 18 April 2013. Selain itu, ia juga berturut-turut menjadi juara dalam liga catur Jateng yang diselenggarakan Percasi. ”Atas prestasi itu, saya ditetapkan menjadi pemain Pra PON 2016 mewakili Jawa Tengah,” katanya.
Ditanya upaya apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuannya dalam bermain catur, Hakim mengaku semua berkat usaha lahir dan batin. Tidak hanya dari dirinya, tetapi juga dari orang tuanya. Sang ayah mendidik teori dan latihan, sementara sang ibu melatih spiritual.
”Di antaranya selalu berdoa, melakukan salat malam, dan tidak sombong,” ungkapnya.
Pengalaman paling berkesan bagi Hakim selama menekuni olahraga catur adalah saat diundang khusus oleh Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Roy Suryo bersama 27 atlet lainnya seluruh Indonesia.
”Harapan ke depan, saya ingin menjuarai berbagai kejuaraan tingkat dunia dan mendapatkan gelar grand master,” ungkap pemilik moto hidup sesungguhnya sesudah ada kesulitan pasti ada kemudahan ini. (*/aro/ce1)
AHMAD FAISHOL, Purwodinatan
NUH Hakim tinggal di perumahan padat penduduk di kawasan Petolongan, Purwodinatan, Semarang Tengah. Jalan menuju rumahnya melewati gang sempit. Hakim tinggal bersama orang tuanya di rumah sederhana bercat biru. Namun siapa sangka, siswa SMP 32 Semarang ini ternyata pecatur yang sudah berkali-kali meraih juara di tingkat kota, provinsi, nasional hingga internasional.
Saat Radar Semarang mendatangi rumahnya kemarin (15/5), tampak puluhan medali, piala, dan piagam penghargaan tersimpan di salah satu almari. Saking banyaknya hingga tak terhitung jumlahnya. Semua prestasi itu diraih Hakim sejak TK hingga sekarang.
Ditemani sang ibu, Amalia Sanofa, Hakim menceritakan, awal menyukai permainan catur sejak dirinya masih berusia 2 tahun. Waktu itu, ia selalu mengacak-acak papan catur milik ayahnya, Nursiyo, yang juga pemain catur nasional.
”Awalnya saya dibiarkan begitu saja. Hingga pada usia 3 tahun, saya mulai diajari bermain catur dengan benar,” cerita remaja kelahiran Semarang, 22 Juli 1998 ini.
Bahkan, saat duduk di bangku TK, Hakim sudah diikutkan kejuaraan catur. Uniknya, yang ia ikuti adalah kejuaraan catur tingkat SD di Gunungpati. Meski begitu, ia tidak merasa minder dan bahkan mampu meraih peringkat 7 dari 10 besar. ”Itu adalah kejuaraan pertama yang diikuti Hakim. Saya masih ingat, saat itu dia mendapat hadiah Rp 25 ribu. Waktu menerimanya sampai menggunakan kursi yang ditumpuk-tumpuk,” kenang sang ibu, Amalia, sambil tersenyum.
Sejak itu, Hakim terus berlatih dan mengikuti berbagai kejuaraan lainnya. Ia dilatih sendiri oleh sang ayah. Berbagai kejuaraan dimenangkan, mulai tingkat Kota Semarang, Jawa Tengah, hingga nasional.
”Waktu kelas 4 SD saya sudah menempati peringkat tiga nasional dalam Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) tingkat SD. Satu tahun kemudian saya berhasil meraih peringkat 2 nasional dalam ajang yang sama,” beber alumni SD Islam NU Pungkuran ini.
Saat duduk kelas 6 SD, Hakim sempat berhenti mengikuti berbagai kejuaraan. Dia fokus belajar menghadapi ujian nasional. Namun setelah duduk di bangku SMP, ia kembali mengikuti lomba catur. Saat itu, ia berhasil meraih peringkat I dalam O2SN tingkat SMP yang digelar di Palembang. Hakim berhasil mengalahkan Surya Setiawan dari DKI Jakarta dan Yoseph T. Taher dari Jabar yang selalu langganan juara.
”Waktu itu, saya juga mencetak rekor 7 babak 7 poin yang merupakan capaian tertinggi, karena bisa menyapu bersih semua pertandingan,” kata adik dari Anita Misriyah dan Aini Musfiroh ini bangga.
Hakim sempat mendapat juara O2SN berturut-turut sebanyak tiga kali dan mencetak rekor 7 babak 7 poin. Karena itu, Hakim berkesempatan mengikuti kejuaraan internasional World School Chess Championship 2013 yang digelar di Yunani pada 6-14 Mei 2013. Dari 37 peserta yang mengikuti event tersebut, Hakim berhasil meraih peringkat 16 dunia.
”Salah satu kendala dari orang Indonesia adalah masalah fisik. Jika saja pada babak ke 8-9 saya bisa menang, dipastikan saya akan menjadi juara dunia,” akunya.
Selain menjadi juara O2SN, Hakim menduduki peringkat 6 dalam kejuaraan internasional Japfa Chess Festival 2013 yang diselenggarakan di Jakarta pada 18 April 2013. Selain itu, ia juga berturut-turut menjadi juara dalam liga catur Jateng yang diselenggarakan Percasi. ”Atas prestasi itu, saya ditetapkan menjadi pemain Pra PON 2016 mewakili Jawa Tengah,” katanya.
Ditanya upaya apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuannya dalam bermain catur, Hakim mengaku semua berkat usaha lahir dan batin. Tidak hanya dari dirinya, tetapi juga dari orang tuanya. Sang ayah mendidik teori dan latihan, sementara sang ibu melatih spiritual.
”Di antaranya selalu berdoa, melakukan salat malam, dan tidak sombong,” ungkapnya.
Pengalaman paling berkesan bagi Hakim selama menekuni olahraga catur adalah saat diundang khusus oleh Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Roy Suryo bersama 27 atlet lainnya seluruh Indonesia.
”Harapan ke depan, saya ingin menjuarai berbagai kejuaraan tingkat dunia dan mendapatkan gelar grand master,” ungkap pemilik moto hidup sesungguhnya sesudah ada kesulitan pasti ada kemudahan ini. (*/aro/ce1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar