welcome

Hai hai hai ...
Blog ini adalah blog yang berisi hal-hal seputar pendidikan, kebahasaan, kesusastraan, percintaan dan umum...

Selamat datang di blog saya ...
Selamat membaca tulisan-tulisan saya ...
Semoga menggugah selera ...
Selera Anda adalah inspirasi saya ...


Oh ya jangan lupa silahkan kunjungi pula akun saya yang lain :
*Twitter https://twitter.com/misy_2014
*Email http://profile.yahoo.com/AKCYPOGQN3Q6NZG52KVHGINC6E/
*Linked in : https://id.linkedin.com/pub/anita-misriyah-missy/a4/9b5/31a
*Ask.fm http://ask.fm/mis_missy
*Skype : anita.misriyah1
*Instagram : anita_misriyah & mici_shoppy
*Line : Missy
*WA : 085 740 276 227


Thank you all ... ^,^

Rabu, 15 Juni 2011

frasa, klausa, kalimat ...


MAKALAH
SINTAKSIS

Guna memenuhi tugas kelompok
Dosen pengampu : Mukhlis, S.Pd., M.Pd.
IKIP_PGRI


Disusun oleh:

-          Febri Alexandro            (               )
-          Agung Wibawa             (08410201)
-          Anang Sulistyo              (08410202)
-          Anita Emilda                 (08410203)
-          Anita Misriyah               (08410204)
-          Arum Dyah                    (08410205)
-          Bambang Agus              (08410206)
-          Bayu Dwi P.                  (08410207)
-          Biyas Murwat                (08410208)
-          Budi Noto                     (08410209)
-          Bulan Dwi A.                (08410210)
-          Harpri Wildania             (06410332)
-          Aprilia Kusuma W         (06410231)

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
IKIP PGRI SEMARANG
2009

KATA PENGANTAR


            Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan taufik dan rahmat – Nya, makalah sintaksis dapat kami selesaikan penyusunannya. Sehingga diharapkan dapat membantu kelompok kami dalam mempresentasikan makalah ini. serta dapat memberikan manfaat bagi para pembaca pada umumnya.
Makalah sintaksis ini kami susun dengan tujuan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah sintaksis yang diampu oleh bapak Mukhlis ini. agar para mahasiswa mengetahui dan memahami pengertian klausa, frase, gatra, pemandu, kontruksi beserta macamnya..
            Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini, tentunya masih banyak terdapat kekurangan ataupun kesalahan sehingga diharapkan para pembaca dapat memakluminya, maka dari itu penulis meminta kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun.
            Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.



                                                                                   

Semarang, 19 Oktober 2009

Penulis






DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL...............................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................
BAB I    PENDAHULUAN.........................................................................................
               Latar Belakang      ...........................................................................................
1.1        Permasalahan ....................................................................................     
1.2        Tujuan................................................................................................     
BAB II   PEMBAHASAN.......................................................................................

2.1        Pengertian Frase ...........................................................................          

2.2        Pengertian Klausa.........................................................................          

2.3        Pengertian pemandu, gatra dan kontruksi....................................          


BAB III PENUTUP..............................................................................................        
3.1.      Simpulan........................................................................................ .
3.2.      Saran..............................................................................................









BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Sintaksis adalah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase. Sintaksis, sebagai bagian dari ilmu bahasa, menjelaskan unsur-unsur suatu satuan   (klausa, frasa, yang dipersempit oleh kata), serta menjelaskan hubungan unsur-unsur tersebut (secara fungsional dan makna).
Dalam sintaksis sendiri ada banyak hal yang dibahas, antara lain kata, frase, klausa, gatra kontruksi, pemandu dan kalimat.
Frase adalah kesatuan yang terdiri atas dua kata atau lebih, yang masing-masingnya mempertahankan makna dasar katanya, sementara gabungan itu menghasilkan suatu relasi tertentu, dart tiap kata pembentuknya tidak bisa berfungsi sebagai subjek dan predikat dalam konstruksi itu.
Klausa adalah suatu konstruksi yang sekurang-kurangnya terdiri atas dua kata, yang mengandung hubungan fungsional subjek-predikat, dan secara fakultatif, dapat diperluas dengan beberapa fungsi lain seperti objek dan keterangan-keterangan lain.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian frase beserta _irri-ciri dan macam-macamnya?
2.      Apa pengertian klausa beserta ciri dan macamnya?
3.      Apa pengertian pemandu, gatra dan konstruksi beserta macamnya?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui pengertian frase beserta ciri-ciri dan macam-macamnya?
2.      Mengetahui pengertian klausa beserta ciri dan macamnya?
3.      Mengetahui pengertian pemandu, gatra dan konstruksi beserta macamnya?

BAB II
PEMBAHASAN


  1. Pengerrtian Frasa
Frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampui batas fungsi.
v  Macam-macam Frase
a.       Frase Endosentrik dan Eksosentrik
Frase Endosentrik dapat dibedakan menjadi 3 golongan :
1.      Frase Endosentrik yang koordinatif
Frase ini terdiri dari unsur-unsur yang setara. Kesetaraannya itu dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan.
2.      Frase Endosentrik yang atributif
Berbeda dengan Frase Endosentrik yang koordinatif, frase dengan ini terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara.
3.      Frase Endosentrik apositif
Dalam Frase ini mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan frase endosentrik koordinatif dan atributif.
b.      Frase Nominal
            Frase nominal adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata nominal. Persamaan distribusi itu dapat diketahui dengan jelas dari jajaran.
Contoh :
à Ia membeli baju baru
à Ia membeli baju
Frase baju baru dalam klausa di atas mempunyai distribusi yang sama dengan kata baju. Kata baju termasuk kata
c.       Frase Verbal
Frase verbal atau frase golongan V ialah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata golongan V. Persamaan distribusi itu dapat diketahui dengan jelas dari adanya jajaran :
o   Dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di Perpustakaan
o   Dua orang mahasiswa  -  membaca buku baru di Perpustakaan
Frase sedang membaca dalam klausa diatas mempunyai distribusi yang sama dengan kata membaca. Kata membaca termasuk golongan V, karena itu frase sedang membaca juga termasuk golongan V.
d.      Frase Bilangan
Frase bilangan ialah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan. Misalnya frase dua buah dalam dua buah rumah yang mempunyai distribusi yang sama dengan dua kata.
e.       Frase Keterangan
Frase keterangan adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan, ialah kata yang mempunyai kecenderungan menduduki fungsi KET dalam klausa.
  1. Pengerian Klausa
Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri dari Predikat, baik disertai Subjek, Objek, Pelengkap, dan Keterangan ataupun tidak, sebenarnya unsur inti klausa adalah Subjek dan Predikat.
v  Penggolongan Klausa
a.       Klausa berdasarkan struktur Internnya adalah klausa lengkap dan tidak lengkap.
b.      Klausa berdasarkan Ada tidaknya kata Negatif yang secara gramatik menegatifkan Predikat. Berdasarkan semua ini klausa dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu :
1.      Klausa Positif
Klausa positif adalah klausa yang tidak memiliki kata- kata negatif yang secara gramatik menegatifkan atau mengingkarkan predikat. Kata-kata negatif itu adalah tidak, tak, tiada, bukan, belum, dan jangan.
2.      Klausa Negatif
Klausa Negatif adalah klausa yang memiliki kata-kata negatif yang secara gramatik menegatifkan predikat. Kata-kata negatif itu ditentukan berdasarkan adanya kata penghubung melainkan yang menuntut adanya kata negatif pada klausa yang mendahuluinya.
c.       Klausa berdasarkan Ktegori kata atau frase yang Menduduki fungsi Predikat. Digolongkan  lagi menjadi :
1.      Klausa Nominal
Klausa nominal ialah klausa yang predikatnya terdiri dari kata atau frase golongan N. Kata golongan N atau Nominal ialah kata- kata yang secara gramatik mempunyai perilaku sebagai berikut :
Pada tataran klausa secara dominan menduduki fungsi S dan O, sekalipun dapat juga menduduki fungsi P dan KET.
Pada tataran frase golongan N tidak dapat dinegatifkan dengan kata tidak 
Pada tataran frase golongan N dapat diikuti kata itu yang deiktik.
Pada tataran frase golongan N dapat didahului kata-kata yang menyatakan jumlah, baik dengan kata-kata yang menyatakan satuan maupun tidak.
2.      Klausa Verbal
Kalusa verbal adalah klausa yang predikatnya terdiri dari kata atau Frase golongan V. Kata verbal dapat digolongkan menjadi beberapa golongan, berdasarkan golongan-golongan kata verbal itu klausa verbal dapat digolongkan menjadi :


a.       Klausa verbal yang ajektif
Klausa ini P-nya terdiri dari kata golongan V yang termasuk golongan V, yang unsur pusatnya berupa kata sifat.
b.      Klausa verbal yang intransitif
Klausa ini P-nya terdiri dari kata verbal yang termasuk golongan kata kerja yang intransitif atau terdiri dari frase verbal, yang unsur pusatnya berupa kata kerja intransitif
c.       Klausa verbal yang aktif
Klausa ini P-nya terdiri dari kata verbal yang termasuk golongan kata kerja yang transitif atau terdiri dari frase verbal yangunsur pusatnya berupa kata kerja yang transitif.
d.      Klausa verbal yang pasif
Klausa ini P-nya terdiri dari kata verbal yang termasuk golongan kata kerja yang pasif, atau terdiri dari frase verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja pasif.
e.       Klausa verbal yang refleksif
Klausa ini P-nya terdiri dari kata verbal yang termasuk golongan kata kerja refleksif ialah kata kerja bentuk meN- diikuti diri.
f.       Klausa verbal yang resiprok
Klausa ini P-nya terdiri dari kata verbal yang termasuk golongan kata kerja resiprok ialah kata kerja yang berbentuk saling.
3.      Klausa Bilangan
Klausa Bilangan atau numeral adalah  klausa yang P-nya terdiri dari kata atau frase golongan bilangan.Kata bilangan adalah kata-kata yang dapat diikuti oleh kata penunjuk satuan.



4.      Klausa Depan
Klausa depan atau klausa preposisional adalah klausa yang P-nya terdiri dari frase depan, ialah frase yang diawali oleh kata depan sebagai penanda.

·         CIRI-CIRI SUBJEK (GATRA SUBJEK)

            Karena subjek merupakan gatra inti, subjek tidak bisa dihilangkan/dihapus. Jika dihapus, struktur kalimat akan kacau/tak sempurna atau bahkan tak punya arti dan menjadi tidak baku.Berdasarkan intonasinya, pada gatra subjek suara makin naik disertai nada tertahan (jeda)
Bisa dipindahkan posisinya tanpa mengubah tanpa mengubah makna , misalnya mendahului predikat/bisa diinversikan (dibuat kalimat inversi )
Gatra subjek bisa dipertegas dengan kata ”ini” atau ”itu”
Gatra subyek berjenis benda (berupa kata atau frasa benda). Sebenarnya, secara sintaksis (tatakalimat) subjek pasti berjenis benda.
Karena gatra subyek termasuk kelas benda, subjek cocok untuk pertanyaan ”apa” atau ”siapa” di depan gatra predikat.
Jika berupa klauasa bisa didahului kata hubung ”bahwa”
Untuk penjelasan lebih lanjut, akan digunakan kalimat-kalimat berikut sebagai kalimat analisis (kalimat yang dipakai sebagai analisis dalam penjelasan)
Besok pagi saya akan perghi ke Medan jika kesehatan saya sudah pulih.
Gadis itu sangat cantik setelah berdandan.
Buku referensinya sangat banyak.
Pak Merry adalah seorang guru.
Benda itu adalah sebuah patung perunggu
PENJELASAN  :
- Berdasarkan ciri permutasi, kalaimat A terdiri dari 5 gatra kalimat. Gatra intinya adalah ”saya” dan ”akan pergi”. Gatra inti ini salah satu pasti subyek dan satu lagi predikatnya.

- Berdasarkan intonasinya, bisa dipastikan subjeknya adalah ”saya” (jadi predikatnya ”akan pergi”)
- Bisa diinversikan menjadi ”akan pergi saya”.
- Bisa dipertegas dengan kata ”ini” menjadi ”Saya ini akan pergi.”
- Kata ”saya adalah kata benda (Kata ganti adalah subkata benda)
- Bisa menjadi jawab pertanyaan ”Siapa akan pergi?”

CIRI-CIRI PREDIKAT (GATRA PREDIKAT)

1. Karena gatra predikat merupakan gatra inti, gatra predikat tidak bisa dihilangkan/dihapus. Jika dihapus, struktur kalimat akan kacau.
2. Berdasarkan intonasinya, suara makin merendah pada akhir gatra predikat dan diikuti kesenyapan.
3. Bisa mendahului/dimuka subyek (inversi) tanpa mengubah makna.
4. Dapat dipertegas dengan melekatkan partikel ”lah” pada akhir gatra predikat lebih-lebih bila predikat berjenis bukan kerja (bukan kata/frasakerja). Terutama bila berada di depan subjek/inversi.
5. Cocok untuk jawab pertanyaan di belakang subjek:
a. MENGAPA S (bila P tergolong jenis kerja)
b. BAGAIMANA S (bila P tergolong jenis sifat)
c. BERAPA S (bila P berjenis bilangan)
d. APA/SIAPA S (bila P berjenis benda)

PENJELASAN:
· Gatra inti dari kalimat A yang merupakan predikat adalah ”akan pergi”
· Berdasarkan intonasinya, yang merendah suaranya pada gatra inti kalimat A adalah pada ”akan pergi”. Jadi ”akan pergi” merupakan predikat.
· Predikat ”akan pergi” bisa berada di depan subjek .
· Bisa dipertegas dengan partikel ”lah” menjadi ”Akan pergilah saya.”.
· Bisa menjadi jawab pertanyaan:
Mengapa saya? (untuk kalimat A)
Bagaimana gadis itu (untuk kalimat B)
Berepa buku referensinya? (untuk kalimat C)
Siapakah Pak Merry? (untuk kalimat D)
Benda apakah itu? (kalimat E)

Objek (gatra objek)
MACAM OBJEK
Ada empat macam objek/gatra objek yaitu objek penderita, objek pelaku, objek berperangkai/objek berkata depan, dan objek penyerta/objek berkepentingan.
Sebenarnya masih ada satu objek lagi yaitu yang sering disebut objek semuatau sering disebut pula pelengkap. Ciri pokok objek semu/pelengkap ini adalah selalu berada di belakang predikat kalimat verbal aktif intransitif tetapi tak bisa dipindah/dipermutasikan dan tak dapat pula dipasifkan kalimatnya (Jadi meyerupai objek penderita tetapi tak dapat dipasifkan kalimatnya)
Yang khas dari semua objek adalah bahwa objek hanya ada dalam kalimat verbal (kalimat yang predikatnya kata kerja) katrena pengertian objek erat hubungannya dengan masalah aktif-pasif, transitif-intransitif. Hanya kata kerjalah yang berhubungan dengan aktif-pasif, transitif-intransitif.

CIRI-CIRI OBJEK PENDERITA
Hanya ada dalam kalimat verbal.Selalu mengikuti predikat kalimat yang berjenis kata kerja aktif transitif.Akan menjadi subjek dalam kalimat pasifnya (bila dipasifkan).Selalu berada dibelakang predikat aktifnya (tak bnisa dipindah posisinya, tetapi tetap digolongkan sebagai gatra)
Karena hubungannya dengan predikat sangat erat, kalimat belum lengkap tanpa objek ini. Namun demikian gatra ini bukan gatra inti.
Bila bukan klausa, tak pernah didahului/diawali kata tugas (kata depan, kata hubung, dsb.)
Selalu berjenis kata/frasa benda (secara struktural)
Bila objek berupa klausa, biasanya didahului kata hubung ”bahwa” atau bisa didahului kata hubung ”bahwa”
CIRI-CIRI OBJEK PELAKU
Hanya ada dalam kalimat verbal
Selalu mengikuti predikat kalimat pasif(jadi hanya ada dalam bentuk pasif)
Bisa didahului kata depan ”oleh”.Bila bisa diaktifkan(perdikatnya berawalan ”di-” ),objek pelaku akanmenjadi subjek kalimat aktifnya
Bisa dipindahkan posisinya (tak harus dibelakang predikatnya)
Tak pernah berupa klausa (Jadi tak ada klausa anak/anak kalimat yang menduduki jabatan objek pelaku)

CIRI-CIRI OBJEK PENYERTA/OBJEK BERKEPENTINGAN
Hanya ada dalam kalimat verbal
Selalu ada bersama objek yang lain. Jadi tak pernah sebuah kalimat/klausa hanya memiliki objek penyerta saja. Inilah sebabnya objek penyerta sering disebut pula objek dua (O 2)
Bisa dipindahkan tempatnya tanpa mengubah makna/strutur kalimatnya tidak kacau
Tak pernah berupa klausa
Selalu berupa person (orang, binatang, instansi, dsb.) Pokoknya yang bisa memiliki kepentingan

CIRI-CIRI OBJEK BERPERANGKAI/OBJEK BERKATA DEPAN
Hanya ada dalam kalimat verbal
Selalu mengikuti predikat kalimat yang berjenis aktif intransitif
Bisa dipindahkan posisinya tanpa mengubah makna kalimat
Walaupun kalimatnya tergolong aktif, tyak bisa dipasifkan
Biasanya didahului kata depan ”akan”, ”tantang”, ”atas”, ”terhadap”, ”mengenai”
Bila berpa klausa, dapat didahului kata hubung ”bahwa”



BAB III
PENUTUP

  • SIMPULAN
Frase adalah kesatuan yang terdiri atas dua kata atau lebih, yang masing-masingnya mempertahankan makna dasar katanya, sementara gabungan itu menghasilkan suatu relasi tertentu, dart tiap kata pembentuknya tidak bisa berfungsi sebagai subjek dan predikat dalam konstruksi itu.
Klausa adalah suatu konstruksi yang sekurang-kurangnya terdiri atas dua kata, yang mengandung hubungan fungsional subjek-predikat, dan secara fakultatif, dapat diperluas dengan beberapa fungsi lain seperti objek dan keterangan-keterangan lain.
Gatra adalah fungsi sintaksis.
Macam-Macam gatra :
SUBJEK (GATRA SUBJEK)
PREDIKAT (GATRA PREDIKAT)
OBJEK (GATRA OBJEK)

·        SARAN

Dalam penyusunan makalah ini penulis telah berusaha mencapai hasil yang sempurna, namun kaerena teterbatasan pencarian data dan penulis dalam menyusun makalah ini. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca sekalian.









DAFTAR PUSTAKA


1.      www.Google.com
2.      Tarigan, Henry Guntur, 1984. Sintaksis. Bandung : Angkasa. 
3.      Ramalan, 1981. Sintaksis. Yogyakarta : CV Karyono. 


STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

Nama : Anita Misriyah
Kelas : IIIE / PBSI
NPM 08410204

1. Ciri-Ciri Subjek
• Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa kepada Predikat.
Contoh :
1. Juanda memelihara binatang langka
Siapa memelihara? Jawab : Juanda. (maka juanda adalah S sedangkan
memelihara adalah )
Siapa atau apa Binatang langka ? = tidak ada jawaban
2. Meja itu dibeli oleh paman.
Apa dibeli ? = jawab Meja
• Biasanya disertai kata itu,ini,dan yang (yang ,ini,dan itu juga sebagai pembatas antara subyek dan predikat)
Contoh : Anak itu mengambil bukuku
S P
2. Ciri-Ciri Predikat
• Menimbulkan Pertanyaan apa atau siapa.
Dalam hal ini jika predikat maka dengan pertanyaan tersebut akan ada jawabannya.
Perhatikan pada Subyek diatas. Subyek dan predikat ditentukan secara bersama-sama.
• Kata Adalah atau Ialah
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Kalimat dengan Predikat demikian itu terutama digunakan pada kalimat majemuk bertingkat anak kalimat pengganti predikat.
• Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas
Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.
3. Ciri-Ciri Objek
Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek, verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-. Ciri-ciri objek ini sebagai berikut.
• Langsung di Belakang Predikat
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat.
• Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya.
• Didahului kata Bahwa
Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.
4. Ciri-Ciri Pelengkap
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap.
• Di Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
a) Diah mengirimi saya buku baru.
b) Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak mendahului predikat.
• Hasil jawaban dari predikat dengan pertanyaan apa.
Contoh :
a. Pemuda itu bersenjatakan parang.
Kata parang adalah pelengkap.
Bersenjatakan apa ? jawab parang ( maka parang sebagai pelengkap )
b. Budi membaca buku.
Membaca apa ? jawab buku (buku sebagai obyek karena dapat
menempati Subyek)
5. Ciri-Ciri Keterangan
Ciri keterangan adalah dapat dipindah –pindah posisinya . perhatikan contoh berikut:
Cintya sudah membuat tiga kue dengan bahan itu.
S P O K
Dengan bahan itu Cintya sudah membuat tiga kue .
Cintya dengan bahan itu sudah membuat tiga kue.
Dari jabatan SPOK menjadi KSPO dan SKPO .Jika tidak dapat di pindah maka bukan keterangan.

TATA BAHASA


MAKALAH
TATA BAHASA

Ditulis untuk memenuhi salah satu tugas individu
Mata Kuliah : Sintaksis
Dosen : Mukhlis, S.Pd., M.Pd.

 









Oleh :
Nama : Anita Misriyah
NPM : 08410204
Kelas : III E


IKIP PGRI SEMARANG
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2009
BAB I
PENDAHULUAN

            Tata bahasa merupakan suatu himpunan dari patokan-patokan dalam stuktur bahasa. Stuktur bahasa itu meliputi bidang-bidang tata bunyi, tata bentuk, tata kata, dan tata kalimat serta tata makna. Dengan kata lain bahasa meliputi bidang-bidang fonologi, morfologi, dan sintaksis (Keraf, 1994:27).
Kata penghubung adalah kata-kata yang digunakan untuk menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat (Chaer, 2000:140).
            Dari pengertian tersebut, maka kata penghubung sangatlah diperlukan untuk memperjelas kalimat, karena kata penghubung merupakan rambu-rambu bahasa tulis yang berpengaruh dalam pembuatan kalimat atau karangan. Suatu karangan deskripsi akan sulit dimengerti jika dalam karangan deskripsi tidak
Dibubuhi Kata penhubung.    
Siswa sering sekali kurang dalam pemahaman kata penghubung dalam suatu karangan, padahal setiap hari mereka di sekolah pasti akan bertemu dengan kegiatan menulis dan membaca, baik itu membaca buku pelajaran atau menulis suatus  bentuk karangan.
            Walaupun banyak buku yang mengulas pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar, akan tetapi kenyataannya masih sering dijumpai dalam penggunaan kata penghubung yang tidak tepat. Salah satu penyebabnya menurut tata bahasa baku adalah tidak mengenalnya strategi pembuatan kalimat.








BAB II
PERMASALAHAN

Ø  Apakah yang dimaksud dengan Tata Bahasa?

Ø  Sebutkan Bidang-Bidang Tata Bahasa?

Ø  Sebutkan Macam-Macam Tata Bahasa?






















BAB III
PEMBAHASAN

A.  PENGERTIAN TATA BAHASA
      Tata bahasa atau grammar adalah studi struktur kalimat, terutama sekali dengan acuan kepada sintaksis dan morfologi, kerapkali disajikan sebagai buku teks atau buku pegangan. Suatu pemberian kaidah- kaidah yang mengendalikan bahasa secara umum, atau bahasa- bahasa tertentu, yang mencakup semantik, fonologi, dan bahkan kerapkali pula pragmatic (Crystal 1987: 422).
            Dari penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa:
  1. dalam arti sempit tata bahasa mencakup sintaksis dan morfologi
  2. dalam arti luas tata bahasa selain mencakup sintaksis dan morfologi, juga mencakup semantik, fonologi, dan pragmatik.
      Dari sumber lain, kita dapati pula keterangan bahwa tata bahasa (atau grammar) adalah suatu pemberian atau deskripsi mengenai struktur suatu menghasilkan kalimat-kalimat dalam bahasa tersebut. Biasanya juga turut mempertimbangkan makna-makna dan fungsi-fungsi yang dikandung oleh kalimat-kalimat tersebut dalam keseluruhan sistem bahasa itu. Pemberian itu mungkin atau tidak meliputi pemberian bunyi-bunyi suatu bahasa (Ricards [et al] 1987: 125).
      Atau secara singkat kita dapati penjelasan bahwa tata bahasa atau grammar (dalam teori TG) adalah seperangkat kaidah- kaidah leksikon yang memberikan pengetahuan (kompetensi) yang dimiliki oleh seorang penutur pembicara mengenai bahasanya ( Richsrd [et al] 1987: 125 ).






B.  BIDANG-BIDANG TATA BAHASA

v  Tata Bahasa Kasus
                  Tata bahasa kasus versi Fillmore (1968) dalan menganalisis kalimat membagi struktur kalimat atas dua komponen yaitu : modalitas dan preposisi. Modalitas dapat berupa unsur negasi, kala, aspek dan adverbia. Sedangkan preposisi terdiri dari sebuah verba disertai dengan sejumlah kasus.
Contoh : Nenek tidak membaca komik kemarin
Penjelasan : Nenek = kasus 1, tidak = negasi, baca = verba, komik = kasus2, kemarin = kasus 3.

v  Tata Bahasa Relasional
                  Tata bahasa versi ini ditampilkan adanya relasi diantara elemen-elemen yang ada dalam sebuah klausa atau kalimat.
Contohnya klausa berikut : Ali memberi buku itu kepada saya
Penjelasan :  Klausa tersebut memiliki tiga buah nomina dan sebuah verba yang saling bergantung satu sama lain. Nomina Ali merupakan ”subjek dari” (relasi 1), nomina buku itu  merupakan relasi ”objek langsung dari” (relasi 2), nomina saya membawakan relasi ”objek tak langsung” dari (relasi 3), sedangkan verba beri membawakan relasi ”predikat dari” (gabungan relasi 1, 2, 3)

v  Tata Bahasa Analisis Tema dan Rema
                        Disebut topik dan komik karena terdiri dari dua bagian yaitu tema dan rema. Tema adalah bagian kalimat yang memberi informasi tentang apa yang dibicarakan. Sedangkan rema adalah bagian yang memberi informasi tentang apa yang dikatakan tentang tema. Jadi, tema merupakan tumpuan pembicaraan.
      Contoh : pekarangan bersih
      Penjelasan : pekarangan = tema, bersih = rema

v  Tata Bahasa Analisis Gatra
                  Konsep gatra ini juga bertumpu pada analisis tema-rema yakni bahwa setiap kalimat di bangun oleh dua buah satuan kalimat yang disebutnya gatra pangkal (setara dengan fungsi subjek) dan gatra sebutan (setara dengan fungsi predikat).
Contoh : ayah tidur
Penjelasan : ayah = gatra pangkal, tidur = gatra sebutan
                 

C.  MACAM-MACAM  TATA BAHASA

1.   Tata Bahasa Deskriptif
      Tata bahasa deskriptif atau descriptive grammar adalah suatu pendekatan yang memberikan atau mendiskripsikan konstruksi- konstruksi gramatikal yang digunakan dalam suatu bahasa tanpa membuat suatu pertimbangan evaluatif mengenai kedudukannya dalam masyarakat. Tata bahasa yang seperti itu adalah lumrah dan sudah biasa dalam linguistic, dimana sudah lazim merupakan praktek baku untuk menyelidiki suatu “korpus” bahan lisan atau tulis, dan memberikan secara terperinci pola- pola yang dikandungnya (Crystal 1987: 88).
      Dengan perkataan lain, tata bahasa deskriptif adalah sejenis tata bahasa yang memberikan bagaimana suatu bahasa dituturkan dan/ atau ditulis secara actual, dan tidak menyatakan atau menentukan bagaimana seharusnya bahasa itu dituturkan atau ditulis.

2.   Tata Bahasa Pedagogis
      Tata bahasa pedagogis atau pedagogical grammar adalah suatu deskripsi gramatikal mengenai suatu bahasa yang diperuntukan bagi maksud- maksud pedagogis, seperti pengajaran bahasa, rancang- bangun, silabus, atau persiapan materi/ bahan pengajaran. Suatu tata bahasa pedagogik dapat saja didasarkan:
  1. analisis gramatikal dan deskripsi suatu bahasa
  2. teori gramatikal tertentu, seperti tata bahasa transformasi generatif
  3. studi atau telaah mengenai masalah- masalah gramatikal para pembelajar (analisis kesalahan)
  4. atau pada gabungan/ ombinasi berbagai pendekatan (Richards [et al] 1987: 210)

3.   Tata Bahasa Preskriptif
Tata bahasa preskriptif atau prescriptive grammar adalah suatu tata bahasa yang menyatakan kaidah- kaidah bagi apa yang dianggap merupakan pemakaian yang paling tepat dan yang terbaik. Tata bahasa preskriptif kerapkali didasarkan tidak pada deskripsi- deskripsi pemakaian actual tetapi pada pandangan pakar tata bahasa mengenai apa yang terbaik. Banyak tata bahasa tradisional yang termasuk jenis ini (Richards [et al] 1987: 227).

4.     Tata Bahasa Referensi
Tata bahasa referensi atau tata bahasa acuan/ rujukan (ataupun reference grammar) adalah suatu deskripsi/ pemberian gramatikal yang mencoba menjadi sebaik mungkin bersifat komprehensif sehingga dapat bertindak sebagai buku referensi, buku acuan rujukan bagi orang- orang menaruh minat perhatian dalam fakta, fakta gramatikal yang mantap (dengan cara agak mirip dengan suatu kamus yang dipakai sebagai “leksikon acuan” atau “reference lexicon”.

5.   Tata Bahasa Teoretis
Tata bahasa teoretis atau theoretical grammar adalah suatu pendekatan yang berada diluar studi bahasa- bahasa individual, menentukan konstruksi- konstruksi apa yang diperlukan untuk melaksanakan setiap jenis analisis gramatikal, dan bagaimana semua itu dapat diterapkan secara konsisten dalam penelitian suatu bahasa manusia. Jadi sebenarnya hal ini merupakan gagasan atau nosi pokok dalam setiap penelitian kesemestaan linguistik.

6.    Tata Bahasa Tradisional
Tata bahasa tradisional atau traditional grammar adalah suatu istilah yang kerap kali digunakan untuk meringkaskan jajaran sikap- sikap dan metode- metode yang dijumpai pada masa studi gramatikal sebelum kedatangan/ munculnya ilmu linguistic. “Tradisi” yang dipermasalahkan itu telah berkisar sekitar 2000 tahun, serta meliputi karya para pakar tata bahasa Junani dan Romawi kuno dan begitu pula karya- karya para pakar beserta para penulis Renaissance dan para pakar tata bahasa preskriptif abad ke- 18.























BAB 1V
PENUTUP

A.   Kesimpulan
      Pengertian tata bahasa adalah Tata bahasa atau grammar adalah studi struktur kalimat, terutama sekali dengan acuan kepada sintaksis dan morfologi, kerapkali disajikan sebagai buku teks atau buku pegangan.
      Bidang-bidang tata bahasa yaitu Tata Bahasa Kasus, Tata Bahasa Relasional, Tata Bahasa Analisis Tema dan Rema, Tata Bahasa Analisis Gatra.
      Macam-macam tata bahasa yaitu Tata Bahasa Deskriptif, Tata Bahasa Pedagogis, Tata Bahasa Preskriptif, Tata Bahasa Referensi, Tata Bahasa Teoretis, Tata Bahasa Tradisional.


B.    Saran
      Dalam penyusunan makalah ini penulis telah berusaha mencapai hasil yang sempurna, namun kaerena teterbatasan pencarian data dan penulis dalam menyusun makalah ini. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca sekalian.










DAFTAR PUSTAKA

Ø Tarigan, Henry Guntur. 1989. Pengajaran Tata Bahasa.  Bandung : Angkasa.

Ø Nirmala, Andini. 2003. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya : Prima Media.

Ø www.google.com